Sekali-sekali menulis artikel. Pernah kerja di Tokopedia selama 7 tahun. Pernah juga bertualang di bidang fintech, streaming platform, dan sekarang di blockchain.
Seperti yang sudah pernah saya share sebelumnya, saya sekarang lebih senang mengkonsumsi berita menggunakan RSS.
Namun saya baru sadar kalau di artikel tersebut saya belum sharing mengenai RSS feed apa saja yang saya ikuti. Jadi, berikut adalah daftar RSS feed portal berita Indonesia yang saya ikuti:
Kemungkinan besar, kalian yang membaca artikel ini memiliki dan menggunakan smartphone Android atau iOS. Ada kemungkinan yang cukup besar juga kalian menggunakan PC/laptop Windows.
Ketika menggunakan smartphone kalian, saya yakin kalian pasti mencari, install, dan melakukan update aplikasi melalui Google Play Store, F-Droid, atau Apple App Store.
Sebuah proses yang sangat nyaman bukan? Hampir semua aplikasi ada di satu tempat. Update juga dari satu tempat saja. Jika ada beberapa aplikasi yang butuh update, prosesnya bisa otomatis diantri hanya dengan klik tombol Update All.
Hal ini yang saya rindukan ketika memakai laptop kerja saya yang menggunakan Windows. Biasanya saya harus mencari, dan download dulu file instalasi dari website yang berbeda-beda. Jika ingin install Firefox, saya download dari firefox.com. Sama halnya ketika saya ingin install Chromium, KeePassXC, Spotify, Insync, 7-zip, draw.io, dan banyak aplikasi lainnya. Sebuah proses yang merepotkan, dan ada saja aplikasi-aplikasi yang belum memiliki fitur auto-update.
Jadi saya coba cari tahu apakah ada yang bisa saya lakukan di laptop Windows tersebut untuk bisa memiliki pengalaman mengurus aplikasi yang mudah seperti di Android atau iOS.
Sore ini beredar kabar bahwa ada seorang hacker yang berhasil mendapatkan data-data pengguna Tokopedia seperti: email, password (hashed), nama lengkap, gender, tanggal lahir, nomor handphone, dan lokasi.
Segera ganti password Anda (dan mulai gunakan password manager jika belum).
Jika kamu adalah tipe yang menggunakan satu password untuk semua akun, segera ganti password di Tokopedia. Usahakan untuk menggunakan password yang berbeda-beda untuk setiap akun kamu, terutama yang penting-penting seperti email utama, perbankan online, dsb.
Saya yakin banyak banget yang kesal dengan telepon dan SMS yang tidak diinginkan.
Untuk telepon telemarketing, tentunya sangat mengesalkan karena mereka menelpon tanpa kenal waktu, mengganggu aktifitas, dan membuat kita tidak lagi percaya mengangkat nomor telepon yang tidak ada di phone book kita.
Kalau mengenai SMS spam, bikin kesal ngga sih dapet banyak notifikasi setiap hari dan ternyata isinya hanya SMS seperti “dapatkan pinjaman tunai” yang tidak kita butuhkan?
Sayangnya data pribadi kita seperti nomor HP memang belum cukup dilindungi dari sisi hukum dan penegakannya.
Di artikel ini, saya ingin sharing cara saya mengurangi ketidaknyamanan ini. Note: saya menggunakan ponsel Android.
Sebelumnya saya pernah membahas tentang Pi-hole, DNS sinkhole yang bisa di set-up sendiri dengan cukup mudah menggunakan hardware terjangkau seperti Raspberry Pi.
Pi-hole sangat manjur untuk memfilter permintaan DNS (seperti iklan dan tracker online) di network internet yang bisa kita utak-atik sendiri seperti internet di rumah. Namun bagaimana ketika kita sedang berpergian/mobile?
Tentunya akan ideal jika kita bisa memasang Pi-hole di cloud bukan? Dan sebenarnya memang bisa. Tapi apakah ada cara yang lebih mudah untuk memiliki kapabilitas yang sama tanpa harus repot?
Pada hari Selasa, tanggal 2019-06-18 kemarin, Facebook baru saja meluncurkan Libra, sebuah mata uang digital baru yang menggunakan teknologi blockchain.
Di artikel ini saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum yang mungkin muncul bagi yang masih awam mengenai dunia blockchain / cryptocurrency.
Bertahun-tahun yang lalu, saya tergolong orang yang sangat suka membaca. Ketika sedang getol-getolnya, saya bisa membaca 50 buku dalam satu tahun.
Salah satu memori yang paling saya ingat sampai sekarang adalah ketika dulu Papa saya nemenin cari buku Harry Potter and the Goblet of Fire sampai ke 4 toko buku, namun kehabisan semua. Hingga pada akhirnya ketemu juga di salah satu Gramedia di Jakarta Utara. Itupun sisa satu buku dan dalam keadaan sedikit rusak. Tapi tetap dibelikan karena sudah tidak sabar mau baca. Thank you Papa.
DNS (Domain Name System) itu seperti buku telepon digital. Kita kan sudah terbiasa mengunjungi situs dengan alamat seperti https://www.google.com/, namun alamat sebenarnya Google (salah satunya) adalah 172.217.194.138. Namun angka-angka seperti itu kan susah diingat, jadi harus ada yang menghubungkan alamat google.com dengan alamat full angka tersebut, itulah fungsi DNS.
Kenyataannya adalah, koneksi DNS sekarang ini banyak sekali yang tidak terlindungi dengan baik. Penyedia layanan internet kita juga sebenarnya memiliki DNS mereka masing-masing dan mereka memiliki akses ke sejarah browsing kita semua dengan membaca kegiatan DNS ini.
Di artikel tersebut topik bahasannya lebih kepada enkripsi DNS di perangkat masing-masing pengguna internet.
Nah, sebenarnya ada cara untuk mengamankan DNS satu level di atas itu.
Internet, sebuah kemajuan teknologi yang sudah menjadi kebutuhan pokok banyak orang modern. Bahkan banyak yang bercanda bahwa internet itu lebih penting ketimbang makan atau minum. Dari satu dekade lalu sebenarnya memang sudah ada internet, tapi akses utamanya masih menggunakan PC atau laptop tebal nan berat, bukan sesuatu yang bisa dengan mudah dibawa kemana-mana (ketika sedang BAB di toilet misalnya). Beda banget sekarang sejak smartphone Android dan iOS booming di mana-mana.
Bukan hanya masalah perangkatnya, tapi lihat juga layanan-layanan canggih yang berhasil membangun sistem mereka di atas pondasi internet dan sukses mempermudah hidup banyak orang seperti Tokopedia, Go-Jek, Grab, Traveloka, Wikipedia, Google, Facebook, WhatsApp, Instagram, Spotify, Netflix, dll.
Sayangnya satu sifat utama dari internet yang berjasa untuk membuat internet menjadi internet yang kita kenal selama ini, kini terancam punah: netralitas net.
Di bagian pertama, saya sharing tentang cara saya mencoba melindungi keamanan koneksi internet yang saya gunakan. Di bagian kedua ini saya coba sharing tentang cara saya mencoba mengurangi potensi pengambilan data pribadi dari sisi browsing menggunakan internet browser.
Sebelum ini saya suka menggunakan internet browser Google Chrome, karena dulu Chrome sangat ringan dan cepat. Namun Chrome sebenarnya mengumpulkan cukup banyak data mereka ke Google. Di sisi positifnya, Google sebenarnya cukup terbuka mengenai hal ini, mereka menjelaskan secara detil data apa saja yang mereka kumpulkan. Chrome memberikan opsi untuk mematikan fitur-fitur yang mengirimkan data ke Google, tapi saya yakin kebanyakan orang tidak akan melakukan hal ini.
Secara general, Mozilla Firefox lebih perduli terhadap privacy para penggunanya. Mereka juga biasanya cepat tanggap atas peristiwa yang menyangkut hal ini, contohnya adalah ketika kasus Cambridge Analytica dan Facebook mulai heboh di awal tahun ini, tidak lama kemudian Mozilla Firefox mengeluarkan Facebook Container Extension, untuk mengkarantina tab-tab browser yang mengunjungi platform Facebook dari tab-tab yang lain untuk mengurangi daya tracking Facebook.