Petualangan ThinkPad

Saya pertama kali memiliki laptop ThinkPad itu di tahun 2018. Ketika itu laptop pribadi saya yang menggunakan Windows mulai terasa lemot. Saya sebenarnya penasaran banget ingin install Linux di laptop tersebut, namun saya merasa belum bisa komitmen menggantikan Windows di laptop pribadi saya. Waktu itu saya juga belum banyak pengalaman dual-boot, jadi masih banyak takutnya.

Karena itu saya beli laptop bekas ThinkPad X1 Carbon generasi pertama yang harganya menurut saya cukup murah untuk bisa coba-coba. Saya kaget dan senang ternyata semua yang saya butuhkan untuk bisa bekerja bisa saya dapatkan di Linux.

ThinkPad X1 Carbon

Laptop tipis, ringan, keyboard super enak, sudah pakai SSD, dulu harganya “hanya” 4,3 jutaan.

ThinkPad X1 Carbon ini adalah ThinkPad pertama saya dan saya benar-benar jatuh cinta dengan kualitasnya. Build quality-nya sangat baik, dan menurut saya pribadi, keyboard ThinkPad ini adalah salah satu keyboard laptop terbaik yang pernah saya gunakan.

Namun sayangnya X1 Carbon yang saya miliki tersebut memiliki satu kekurangan yang cukup fatal untuk keperluan saya, yaitu kapasitas RAM-nya yang hanya 8GB, dan sudah tidak bisa diupgrade lagi.

Sebenarnya X1 Carbon ini masih cukup kuat jika hanya digunakan untuk browsing ringan dan mengetik saja, tapi saya biasanya banyak membuka tab di browser. Saya juga banyak sekali menggunakan web apps yang cenderung boros memori.

Omnomnomnom

Karena itu saya mencari lagi laptop ThinkPad yang bisa saya upgrade RAM-nya.

Ketika sedang mencari di Tokopedia, saya menemukan ThinkPad T470 yang dijual dengan harga yang menurut saya cukup miring.

ThinkPad T470

Saya tertarik dengan T470 karena dia adalah ThinkPad seri T pertama yang memiliki port USB-C/Thunderbolt. Sayangnya ThinkPad T470 yang saya beli tidak sesuai harapan. Ketika itu saya masih kurang pengalaman dalam membeli laptop bekas. Saya tergiur harganya yang murah sehingga tidak menyadari beberapa kekurangannya, seperti:

  • Prosesor yang satu generasi lebih rendah dari T470 pada umumnya. Seharusnya seri T470 sudah menggunakan Intel mobile processor generasi ke-7, namun T470 yang saya beli masih menggunakan Intel mobile processor generasi ke-6 saja. Di satu sisi, hal ini membuat harga laptopnya cukup miring, tapi untungnya prosesor generasi 6 ini cukup kuat untuk keperluan saya. Tetap lebih baik ketimbang X1 Carbon saya sebelumnya.
  • Layarnya yang hanya memilliki resolusi 1366 x 768 pixels. Panelnya pun masih menggunakan teknologi TN, belum IPS. Untungnya saya lebih sering menggunakan laptop ini dengan monitor eksternal.
  • Layarnya juga memiliki light bleeding cukup parah di sisi kanan bawahnya. Tapi karena hal ini saya jadi bisa nego dengan seller untuk mendapatkan potongan sebesar Rp 500 ribu. Lumayan 😀 Yang bikin saya heran, light bleedingnya semakin dipakai semakin berkurang.

ThinkPad T470 yang saya beli sudah memiliki RAM sebesar 8GB, tapi karena tujuan utama saya membeli ThinkPad seri T adalah untuk bisa menggunakan memory yang lebih besar, tidak lama kemudian saya menambahkan RAM sebesar 16GB, sehingga totalnya menjadi 24GB. Ini adalah laptop dengan memory terbesar yang pernah saya gunakan hingga saat itu.

Tapi ternyata web apps zaman now itu memang sangat boros memori.

Saya bisa menggunakan 80-90an persen dari RAM 24GB yang ada hanya dengan membuka internet browser, web apps, dan electron apps haha.

Belajar dari pengalaman saya menggunakan X1 Carbon yang full Linux, saya memutuskan untuk mempertahankan Windows untuk mempermudah beberapa hal, seperti:

  • Update firmware.
  • Set batas charging baterai laptop. Ketika itu saya lebih banyak menggunakan laptop ini seperti desktop. Dicolok terus ke listrik, jadi saya khawatir kapasitas baterainya akan cepat drop. Saya baca-baca jika laptop dicolok terus ke listrik, sebaiknya level charge maksimum dibatasi hanya 50% untuk memperpanjang umur baterai.

Sebenarnya melakukan 2 hal tersebut bisa melalui Linux juga (menggunakan fwupd dan tlp), namun prosesnya memang lebih mudah jika dilakukan dari Windows menggunakan aplikasi Lenovo Commercial Vantage.

Saya juga tetap menginstall Windows untuk jaga-jaga jika harus menggunakan aplikasi yang hanya ada di Windows. Sejauh ini sih semua aplikasi yang saya gunakan ada juga di Linux / ada versi webapp-nya.

ThinkPad T470 memiliki slot WWAN kosong yang bisa saya isi dengan SSD tambahan. Saya memutuskan untuk install Manjaro Cinnamon pada SSD yang terpisah karena saya merasa hal ini mempermudah manajemen storage.

Setelah cukup puas menggunakan ThinkPad T470 selama 1.5 tahun, akhirnya saya jual laptop tersebut ke ipar saya yang kebetulan sedang mencari laptop second untuk salah satu karyawannya.

Dana dari penjualan T470 ini saya gunakan untuk upgrade ke ThinkPad T480.

ThinkPad T480

Awalnya saya sempat terpikir untuk beli laptop baru. Saya sudah sempat baca-baca review dan tertarik untuk membeli ThinkPad L14 gen 2 yang sudah menggunakan Intel mobile processor generasi ke-11. Prosesor ini memiliki dukungan untuk port Thunderbolt generasi 4.

ThinkPad L14 gen 2 ini adalah seri dengan 2 slot memory yang bisa di-upgrade sendiri oleh pemiliknya, sebuah fitur yang semakin jarang tersedia. Seri T generasi baru hanya memiliki 1 slot yang tersedia, sedangkan 1 slot memori lainnya sudah disolder dan tidak bisa diupgrade.

Namun sayangnya ketika saya ingin membeli, harganya terlalu tinggi dan barangnya tidak tersedia di mana-mana. Tidak sesuai dengan harapan saya. Karena itu saya kembali mencari ThinkPad bekas saja.

Pilihan saya jatuh ke ThinkPad T480. Ini adalah laptop ThinkPad dengan Intel mobile processor generasi ke-8 yang akhirnya memiliki 4 cores. Seharusnya cukup untuk keperluan saya untuk beberapa tahun ke depan.

Ini juga adalah salah satu laptop ThinkPad terakhir yang masih menggunakan 2 baterai. Satu baterai internal, dan satu baterai eksternal yang bisa diganti tanpa harus mematikan laptop.

Kali ini tanpa menunggu lama, langsung saya upgrade memorinya dari 8GB menjadi 32GB. Saya juga langsung pasang SSD NVMe kedua di slot WWAN (ukuran 2242) untuk instalasi Manjaro Cinnamon.

Sejauh ini saya sangat puas dengan performanya.

Saya juga heran kenapa RAM-nya terbaca 33,4GB di Manjaro Cinnamon.

Bisa dibilang saya adalah fans berat laptop seri ThinkPad. Saya sangat suka dengan bahasa design dan build quality dari laptop-laptopnya, dan untuk sekarang ini ThinkPad T480 adalah ThinkPad favorit saya.

Komponen-komponen pentingnya bisa di-upgrade sendiri dengan mudah.
– Kapasitas RAM hingga 64GB.
– Dua slot SSD.
– Modul WiFi-nya juga bisa diupgrade sendiri. Saya berencana untuk upgrade ke Intel AX210 jika WiFi 6 sudah lebih umum tersedia.
– Karena menggunakan baterai eksternal, saya tertarik membeli baterai eksternal dengan kapasitas 72Wh sebagai cadangan.
– Jika dibutuhkan, layar, keyboard, dan touchpad-nya juga bisa diganti. Saya juga ada rencana untuk upgrade touchpad T480 ini untuk menggunakan touchpad kaca dari ThinkPad X1 Extreme. Katanya sih jauh lebih enak menggunakan touchpad kaca tersebut.

Karena kemampuannya untuk di-upgrade, T480 sering dijuluki sebagai “The Last Great Thinkpad”.

Sayangnya kemampuan upgrade seri ThinkPad terbaru, seperti di seri T semakin berkurang. ThinkPad T14 contohnya, salah satu slot RAM-nya sudah disolder dan tidak bisa diupgrade lagi.

Saya berencana menggunakan T480 ini selama mungkin, namun saya ada rasa khawatir apakah kemampuan hardware T480 ini akan masih cukup kuat untuk kebutuhan saya untuk 3-5 tahun ke depan. T480 juga memiliki kelemahan yang cukup serius: charging port-nya disolder ke motherboard. Jika terjadi sesuatu dengan charging port-nya, saya harus mengganti keseluruhan motherboardnya.


Seandainya dalam beberapa tahun ke depan saya harus upgrade laptop, saya sangat berharap laptop seperti Framework sudah tersedia di Indonesia.

Pertama kali saya melihat dan mendengar tentang konsep dari laptop Framework, saya langsung jatuh cinta.

Bisa dibilang semua komponen dari laptop ini bisa di-upgrade dengan mudah, bahkan motherboard dan CPU-nya!

Layar, motherboard, CPU, RAM, SSD, WiFI card, keyboard, bahkan speakernya bisa diganti dengan mudah.

Berdasarkan review-review yang sudah saya baca, laptop framework ini juga memiliki build quality dan keyboard yang sangat baik.

Saya juga suka banget dengan konsep ports / expansion cards yang bersifat modular.

Sangat unik dan fungsional.

Kita bisa dengan bebas memilih ports apa saja yang kita butuhkan.

Ingin punya 4 port USB-C? Bisa.
Ingin punya 2 port USB-C, 1 DisplayPort, dan 1 port USB-A? Bisa.

Benar-benar sebuah laptop yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang yang bisa berbeda-beda.

Ini mungkin adalah laptop saya berikutnya setelah saya puas menggunakan ThinkPad T480 ini 🙂


Sebelum kamu pergi

Kalau kamu suka dengan artikel ini, gunakan tombol-tombol di bawah untuk membagikan artikel ini ke teman-teman kamu, dan daftarkan email kamu untuk mendapatkan update jika ada artikel baru.

10 thoughts on “Petualangan ThinkPad”

  1. Menarik sekali yang Framework. Berasa punya Desktop PC yang bisa diupgrade semaksimal mungkin tapi perlahan per piranti, begitu ada duitnya.

    1. Betul 😀

      Dan laptop dengan konsep seperti ini bisa membantu untuk mengurangi e-waste. Karena bisa di-upgrade saja komponen yang diinginkan tanpa harus beli laptop baru. Suka banget dengan laptop yang ramah upgrade seperti ThinkPad dan Framework 😀

  2. Klo sya dana blm smpe utk ke T480.
    Malahan lagi bingung aja mo beli seri T430 ci5 gen 3 / hp elitebook folio 9470 ci7.
    Secara laptop hp kata nya rawan di engsel dan sering trouble windows ny, apa benar bgitu ?

    1. Kalau HP saya kurang paham, tapi kalau T430 saya pernah pegang barangnya. Kebetulan waktu itu bantu Om saya pilih laptop second. Build quality T430 menurut saya masih bagus banget, terutama untuk laptop yang umurnya sudah hampir 10 tahun. Sejauh waktu itu saya test dengan Windows 10, tidak menemukan masalah.

      Coba lihat-lihat ThinkPad T440p juga, terakhir saya cek harganya tidak jauh / bahkan ada yang lebih murah dari T430. Paling kekurangannya itu ada di tombol touchpad-nya, banyak yang kurang suka dengan modelnya. Kalau mau, trackpad-nya bisa diganti sih tapi.

      Coba lihat 2 link berikut untuk melihat potensi T430 dan T440p 🙂
      The Definitive T430 Modding Guide
      Ultimate Lenovo T440p Laptop Upgrade Guide

      1. Upgrde yg gila, klo sy bru bisa mimpi itu

        Betul sekali kang, awalnya sy juga bimbang antra t430 vs t440p.
        Karena:
        1.led notif tdk ada.
        2.touchpad nya.
        Slebihnya okelah, bisa upgrde hgg spek dewa

  3. wah, ketemu jg penggemar thinkpad. saya sendiri pakai t430 yang beli bekas dari 2019 sampai sekarang. sejauh ini masih mumpuni dengan kebutuhan saya.

  4. loh emang nya bisa bang slot wwan dipasang ssd bukannya dia untuk pasang converter sim card ?

      1. ohh oke berarti emang bisa ya ternyata soalnya di beberapa forum ada yang bilang gak bisa sama ada yang bisa.

        1. Oh saya baru ingat, beberapa tipe ThinkPad memang ada white-list soalnya. Mungkin karena itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *