Akhirnya saya berlangganan chatbot LLM

Setelah sekian lama menggunakan chatbot LLM versi gratisan seperti ChatGPT dan Google Gemini, akhirnya saya memutuskan untuk berlangganan tahunan untuk salah satu dari mereka.

Pilihan saya jatuh ke Perplexity AI.

Kenapa memilih Perplexity? Padahal kalau dilihat dari harga dan fiturnya, bisa dibilang yang didapatkan itu lebih terbatas jika dibandingkan dengan Google Gemini misalnya.

Menurut sebuah paper yang dirilis oleh Open AI, ada 3 kategori utama mengenai cara orang menggunakan ChatGPT: Bimbingan Praktis, Mencari Informasi, dan Menulis. Hampir 80% dari semua penggunaan masuk dalam 3 kategori tersebut.

  1. Bimbingan Praktis. Hal ini meliputi bimbingan belajar, meminta saran, dan ide kreatif.
  2. Mencari Informasi. Mirip dengan pencarian tradisional (cek fakta, informasi peristiwa terkini, dll.).
  3. Menulis (paling umum). Hal ini mencakup penulisan email dan dokumen, mengedit teks yang disediakan pengguna, dll.

Saya pribadi masuk ke kategori kedua. Saya menggunakan chatbot LLM itu seperti search engine yang interaktif.

Dari pengalaman saya pribadi menggunakan beberapa chatbot untuk keperluan tersebut, saya merasa paling cocok dengan jawaban-jawaban dari Perplexity. Mungkin ini karena Perplexity sendiri memang memfokuskan chatbot mereka untuk menjadi search engine yang disuplementasi dengan LLM.

Data yang ditampilkan cenderung lebih up-to-date. Walaupun kita tetap harus kritis menilai jawaban-jawaban yang diberikan. Menurut saya pribadi halusinasinya lebih jarang, namun ada saja menemukan jawaban-jawaban yang kurang tepat. Sumber yang diberikan juga terkadang kurang meyakinkan reputasinya.

Spaces

Walaupun sepertinya fitur ini tidak spesifik hanya tersedia di Perplexity, saya juga sangat suka dengan fitur Spaces. Dengan Spaces, kita bisa mengumpulkan banyak pertanyaan mengenai satu topik yang sama di satu tempat. Kita juga bisa menambahkan informasi, arahan dan aturan agar Perplexity menjawab semua pertanyaan di Space tersebut dengan ketentuan khusus.

Contoh: beberapa minggu belakangan ini saya banyak menggunakan Perplexity Space untuk bertanya dan merencanakan liburan saya berikutnya.

Pada kolom instruksi Space tersebut, saya menambahkan beberapa informasi dan aturan seperti:

  • Kamu (si Chatbot) adalah seorang guide yang memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan yang ekstensif mengenai negara tujuan.
  • Tanggal pergi dan pulang; dan detil jam tiba dan keberangkatan.
  • Detil akomodasi (kota apa saja, area akomodasi, durasi tinggal di masing-masing kota, jam check-in dan jam check-out).
  • Daftar tempat-tempat yang sangat ingin kami kunjungi di masing-masing kota. Saya menyediakan beberapa list untuk shopping, makan, dll.
  • Jika saya bertanya mengenai harga, harap memberikan info harga dalam mata uang lokal dan juga Rupiah.
  • dst.

Dengan menambahkan informasi dan aturan ini, saya tidak perlu mengulang semua informasi di atas untuk setiap pertanyaan. Ketika meminta bantuan untuk menyusun itinerary pun chatbot sudah mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk perjalanan dan juga jam check-in dan check-out.

Keterbatasan Perplexity

Saya sendiri masih dalam tahap eksplorasi, namun secara fitur Perplexity sepertinya masih kurang OK dalam hal pembuatan gambar. Perplexity juga tidak memiliki kemampuan OCR (Optical character recognition). Tapi saya sendiri sangat jarang menggunakan chatbot untuk keperluan-keperluan ini.


Mungkin saya cenderung lambat dalam mengadopsi teknologi ini. Tapi rasanya lebih baik telat daripada menolak untuk mempelajarinya sama sekali hehe.

Memahami cara kita sendiri menggunakan chatbot untuk keperluan apa itu bisa sangat membantu dalam menentukan layanan mana yang paling cocok untuk kita.


Sebelum kamu pergi

Kalau kamu suka dengan artikel ini, gunakan tombol-tombol di bawah untuk membagikan artikel ini ke teman-teman kamu, dan daftarkan email kamu untuk mendapatkan update jika ada artikel baru.

Photo gallery: Jakarta Sepi 2025

Di hari kedua libur Lebaran 2025 lalu, saya khusus pergi ke Jakarta untuk foto-foto kota Jakarta yang biasanya sepi karena liburan panjang dan banyak yang mudik.

Pada tahun ini saya pergi ke daerah Bundaran HI, kemudian saya naik MRT ke Blok M.

Berikut adalah foto-foto yang saya ambil waktu itu 🙂

Part 1 – Grand Indonesia & Bundaran HI

Continue reading Photo gallery: Jakarta Sepi 2025

Mencari tas kamera untuk travel (lagi)

Kami berencana untuk jalan-jalan le luar kota akhir tahun ini. Saya pastinya ingin membawa peralatan fotografi saya. Yang ingin saya bawa tidak banyak, hanya satu kamera non-interchangeable lens, mungkin 2 lensa konversi, dan baterai cadangan.

Seperti biasa, saya sudah mulai mencari tas kamera baru untuk jalan-jalan yang belum jelas ini (istri saya sudah pasrah akan hal ini haha).

Buat saya, persiapan jalan-jalan adalah kesempatan bagi saya untuk meninjau kembali apa saja yang kurang pas dari tas-tas saya sebelumnya 😛

Saya sudah memiliki beberapa backpack. Namun selama ini saya mencari tas backpack yang tampilannya bagus, namun ternyata kurang nyaman jika dipikul dalam waktu yang lama.

Kali ini saya mencari sebuah tas kamera yang memiliki sistem suspensi yang bagus, karena sepertinya kami harus banyak jalan selama beberapa hari.

Continue reading Mencari tas kamera untuk travel (lagi)

AI vs Insentif untuk menjadi original.

Beberapa waktu belakangan ini ramai diskusi mengenai ChatGPT dari OpenAI dan kemampuan barunya untuk mengubah style sebuah gambar atau foto menjadi menyerupai style ikonik milik Studio Ghibli.

Di satu sisi saya paham bahwa ini adalah sebuah kemajuan teknologi. Teknologi ini membuka peluang untuk menghasilkan sebuah “karya seni” (bayangkan tanda kutip ini segede Monas) ke masyarakat luas.

Continue reading AI vs Insentif untuk menjadi original.

Tips street photography dari Jamel Shabazz

Video di atas adalah sebuah video profil dari The Museum of Modern Art mengenai Jamel Shabazz, seorang street photographer terkenal yang sudah berkarir selama 40 tahun.

Di video tersebut, hal paling menarik menurut saya adalah cara Jamel meminta izin untuk mengambil foto orang-orang yang tidak dia kenal.

Continue reading Tips street photography dari Jamel Shabazz

Bunga-berbunga vs inflasi-berinflasi

Saya sangat merekomendasikan untuk menonton video di atas. Judul videonya pun sedikit menyentil: Why aren’t we all getting rich from compound interest?

Banyak sekali point-point yang bisa dipelajari mengenai kenyataan hidup banyak orang vs mimpi manis yang ditawarkan compound interest (bunga majemuk atau bunga-berbunga).

Di luar point-point yang dibahas di video tersebut, saya jadi teringat satu hal yang berhubungan dengan compound interest dan seringkali orang lupakan ketika berinvestasi dan financial planning:

Continue reading Bunga-berbunga vs inflasi-berinflasi

Lens hood silikon

Kalau saya pergi ke kantor, salah satu moment yang paling saya tunggu-tunggu adalah ketika matahari mulai terbenam.

Saya hobi fotografi, dan kebetulan kantor saya berada di gedung yang cukup tinggi. Jadi saya sering foto sunset dari jendela kantor.

Selama ini saya cukup kesulitan untuk melawan refleksi lampu dari dalam ruangan. Terkadang berdiri di sebelah dalam window roller blind itu tidak cukup kalau lampu ruangan sangat terang. Saya masih harus pakai jaket lagi untuk menutupi kepala dan kamera seperti fotografer zaman dulu.

Terkadang rekan kantor bingung saya lagi ngapain.
Continue reading Lens hood silikon

Lowepro GearUp Creator Box L II camera insert fits the Brevite Jumper backpack.

One of my vices is buying bags ^^;

For camera backpack, I normally use the Brevite Jumper. But for non camera backpacks, I do have several others.

Brevite Jumper.

I really like the Brevite Jumper’s design and layout, but the shoulder straps are not the most comfortable. It also doesn’t have sternum and removable hip straps. Some of my other backpacks have those.

I wanted my non camera backpacks to be more accommodating to my photography needs when needed. So I browsed around for a good camera insert. I thought that it’d be better to get a camera insert rather than buying another backpack 😛

Continue reading Lowepro GearUp Creator Box L II camera insert fits the Brevite Jumper backpack.