Kalau ada hal yang bisa saya syukuri dari musibah pandemi ini, salah satunya adalah saya sedang kerja dari rumah ketika ini terjadi:
Penyebabnya klasik, ada orang rumah sedang manasin minyak, ingin menggoreng makanan, namun karena menerima telepon, jadinya lupa sedang manasin minyak.
Tiba-tiba saya mencium bau tidak enak dan tidak lama kemudian mendengar suara meletup-letup yang aneh.
Ketika saya ke dapur, minyak di penggorengan sudah terbakar dan apinya cukup besar untuk mulai membakar exhaust kompor.
Awalnya saya berusaha untuk tenang, saya segera mematikan kompor, dan memindahkan tabung gas cadangan ke tempat yang lebih jauh dari kompor.
Namun saya ragu apakah harus membuka regulator gas. Saya takut apinya malah menyambar ke tabung gas. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak membuka regulator dan fokus untuk mematikan api.
Saya segera mencari APAR (Alat Pemadam Api Ringan), namun saya tidak menemukannya, dan baru ingat kalau sepertinya dulu pernah punya namun sudah kedaluwarsa. Pada titik ini saya mulai panik, karena hanya dalam waktu singkat, apinya sudah semakin besar.
Jangan siram air!
Sebenarnya saya tahu kalau yang terbakar itu minyak, tidak boleh disiram air karena apinya akan semakin besar.
Namun waktu itu saya sudah tidak bisa berpikir lurus, api semakin besar, exhaust sudah terbakar dan mulai lumer menetes ke kompor.
Akhirnya saya memutuskan untuk tetap menyiram air ke api, tapi dari agak jauh. Benar saja, ketika saya siram pakai gayung, apinya seperti meledak. Di titik ini saya hanya berharap kalau saya bisa nyiram air lebih cepat ketimbang apinya semakin besar.
Untungnya api berhasil mengecil setelah saya siram beberapa kali.
Setelah adrenalin menurun, saya baru menyadari betapa tololnya hal yang saya lakukan itu.
Yang seharusnya dilakukan
Ada dua cara lebih aman yang seharusnya bisa saya lakukan.
Pertama. seharusnya saya bisa menutupnya dengan tutup panci atau dengan handuk/keset yang sudah saya rendam dengan air (namun hal ini juga tergantung besar api).
Hal kedua yang bisa dilakukan adalah memadamkan api menggunakan APAR yang tepat. Sayangnya pada saat dibutuhkan, saya tidak punya alatnya.
Mengenal kelas-kelas kebakaran
Kebakaran memiliki beberapa kelas, dan beberapa negara memiliki pembagian kelas yang berbeda-beda. Untuk artikel ini saya akan mengacu pada pembagian kelas kebakaran dari Amerika. Kenapa kita harus mengenal kelas-kelas ini? Karena penanganan untuk masing-masing kelas bisa berbeda. yang efektif untuk memadamkan satu kelas, belum tentu cocok untuk kelas lainnya.
Kebakaran Kelas A
Kebakaran kelas A adalah kebakaran yang disebabkan oleh terbakarnya benda padat non-logam seperti kertas, kayu, plastik, dan sebagainya.
Kebakaran kelas B
Kebakaran kelas B adalah kebakaran yang disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar seperti minyak (bensin, solar, oli), alkohol, methanol, cat, dan juga gas.
Kebakaran kelas C
Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang disebabkan oleh permasalahan pada instalasi listrik (korslet).
Kebakaran kelas D
Kebakaran kelas D adalah kebakaran yang disebabkan oleh logam yang mudah terbakar seperti magnesium, titanium, zirconium, sodium, lithium, dan potassium.
Kebakaran kelas K
Kebakaran kelas K adalah kebakaran yang disebabkan oleh minyak atau lemak masak. Tipe ini dibedakan dari kelas B karena minyak/lemak masak memiliki titik nyala api yang tinggi.
Tipe-tipe APAR
APAR memiliki banyak sekali tipe, namun di artikel ini saya akan coba sebutkan tipe-tipe yang saya lihat umum dijual di Indonesia, khususnya di e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.
Tipe bubuk kimia
Tipe ini biasanya cocok untuk kebakaran kelas A (padat non-logam), B (cairan), dan C (listrik). Harganya sekitar 175 ribu untuk ukuran 3kg.
Tipe busa/foam
Tipe ini biasanya cocok untuk kebakaran kelas A (padat non-logam), dan B (cairan). Tipe foam ini bisa menghantarkan listrik, karena itu tidak cocok untuk tipe C (listrik). Harganya sekitar 170 ribu untuk ukuran 3kg.
Tipe CO2
Tipe ini biasanya cocok untuk kebakaran kelas B (cairan) dan C (listrik). Harganya sekitar 500 ribu untuk ukuran 3kg.
The aftermath
Di hari yang sama setelah kebakaran di dapur rumah saya. Saya langsung membeli APAR yang tipe bubuk kimia, karena saya menggangap bahwa tipe tersebut paling fleksibel untuk banyak kelas kebakaran.
Tapi setelah membaca lebih banyak untuk menulis artikel ini, saya baru menyadari bahwa kebakaran yang saya alami adalah kelas K, dan APAR tipe kimia kering sebenarnya tidak terlalu cocok untuk menghadapinya.
Saya menemukan video di YouTube yang menjelaskan bahwa APAR bubuk kimia tidak manjur untuk menangani kebakaran tipe K jika terjadi pada penggorengan yang besar.
Saya kemudian mengkonfirmasi hal ini ke penjual APAR. Menurut info penjualnya, APAR tipe bubuk kimia itu tetap bisa untuk kebakaran tipe K, namun saya rasa maksudnya penjual adalah jika api tidak terlalu besar.
Setelah itu saya coba mencari APAR tipe cairan kimia yang cocok untuk kebakaran kelas K, namun belum menemukannya. Kalau nanti saya menemukan toko yang menjual APAR untuk kebakaran kelas K dengan harga yang terjangkau, akan saya update artikel ini.
Tapi seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, untuk memadamkan api kelas K bisa juga dilakukan tanpa APAR (tergantung besar api tentunya).
Segera tutup panci dengan tutup panci atau handuk/keset basah (jangan lupa untuk mematikan kompor terlebih dahulu) agar api tidak lagi mendapatkan oksigen dan agar suhu minyak bisa cepat turun.
Jika api mati namun suhu minyak masih tinggi, maka api bisa menyala kembali. Tapi saya rasa untuk skala rumah tangga, hal ini seharusnya tidak terjadi.
Saya tidak bisa membayangkan jika pada hari kejadian, saya sedang kerja di kantor. Karena perbedaan waktu 5 menit saja bisa sangat berpengaruh. Saya jadi mengerti orang-orang yang bilang kalau api itu bisa menyebar dengan cepat sekali. Kita tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir.
Saya juga amat sangat bersyukur bahwa saya tidak menderita luka serius, atau bahkan kehilangan nyawa meskipun saya melakukan banyak hal bodoh dalam menanganinya.
Harapan saya menulis artikel ini adalah agar kita bisa lebih sigap dalam menangani tipe kebakaran rumah seperti ini, terutama yang disebabkan oleh minyak goreng yang dipanaskan terlalu lama hingga terbakar (jangan disiram dengan air!).
Saya sangat yakin bahwa sebagian besar orang tidak memiliki APAR di rumah mereka.
Saya sempat membagikan cerita ini di Instagram Story, dan banyak teman yang menanyakan kabar saya dan keluarga (saya sangat bersyukur tidak ada yang terluka, kerusakan materi juga tergolong minim).
Ketika saya tanya apakah mereka memiliki APAR di rumah, hampir semuanya bilang belum punya, dan karena membaca Story saya, mereka baru ingin membeli APAR ^^;
APAR tidak terlalu mahal, lebih baik disiap-sediakan saja di rumah. Dan jangan lupa untuk rutin menggantinya ketika sudah kedaluwarsa.
Sebelum kamu pergi
Kalau kamu suka dengan artikel ini, gunakan tombol-tombol di bawah untuk membagikan artikel ini ke teman-teman kamu, dan daftarkan email kamu untuk mendapatkan update jika ada artikel baru.