Why Blog If Nobody Reads It? by Andy Hawthorne
Baru-baru ini saya membaca blog post di atas. Sebuah pertanyaan menggelitik untuk saya yang juga membuat website blog pribadi.
Secara data traffic, tidak banyak yang membaca. Namun dari tahun ke tahun, saya rutin membayar untuk perpanjangan domain dan hosting demi blog ini terus online.

Kalau saya ingat-ingat, awal saya mulai menulis blog itu karena pekerjaan. Ketika itu saya masih bekerja di Tokopedia dan waktu itu tim Tokopedia Design mulai serius meningkatkan presence di ranah online.
Saya sebagai salah satu product owner yang waktu itu mengurus Search & Discovery, menyumbang artikel Semakin diperlihatkan, semakin digunakan. Artikel tersebut membahas tentang sebuah update yang cukup simple, tapi ternyata membawa improvement yang sangat signifikan perihal pencarian produk pada aplikasi Tokopedia.
Artikel tersebut diterbitkan di akun Medium Tokopedia Design pada tahun 2016.
Responnya cukup baik, dan sepertinya banyak membantu orang lain. Sejak saat itu saya mulai terpikir untuk lebih rutin menulis artikel.
Awalnya saya posting semua hasil tulisan di Medium. Namun saya merasa dengan menggunakan Medium, akses orang untuk membaca artikel saya justru terbatas. Saya tidak ada insentif moneter untuk menulis artikel-artikel tersebut dan merasa sedikit “terpenjara” jika terus menggunakan Medium.
Di tahun 2018 saya memindahkan blog saya ke WordPress pribadi.
Sejak saat itu saya sekali-sekali menulis artikel mengenai hal-hal yang menarik perhatian saya. Jumlah artikel yang saya tuliskan sejak 2016 itu tidak banyak. Kalau saya cek, saya baru menghasilkan 75 artikel selama ini (artikel ini akan menjadi yang ke-76).
Kalau kembali ke pertanyaan awal, kenapa menulis blog? Awalnya bisa dibilang karena pekerjaan. Namun karena sepertinya berguna, jadi tertarik untuk melanjutkan.
Alasan kedua mungkin untuk alasan profesional juga. Saya sempat membaca bahwa dengan sering menulis konten di internet, bisa berguna ketika ingin mencari pekerjaan. Melalui artikel-artikel yang kita tulis, kita bisa sedikit banyak menunjukkan bagaimana cara kita berpikir dan cara kita menstrukturkan penyampaian informasi.
(Saya sedikit pesimis kalau ada HR atau headhunter yang pernah mengunjungi blog ini haha, namun jika ada, halo :D)
Namun lama-kelamaan, alasan kedua ini semakin kurang relevan untuk saya pribadi.
Alasan ketiga, agak mirip dengan salah satu point yang disebutkan di blog post oleh Andy di atas.
Blogging forces clarity. It makes you structure your thoughts, sharpen your perspective. You stop writing fluff because — let’s be honest — you’re writing for yourself. And if you can’t keep yourself interested, nobody else stands a chance.
When you write, you think better. When you think better, you create better.
Saya cenderung memiliki isi kepala yang berantakan. Ketika menulis, saya dipaksa untuk memberikan sedikit struktur dari semua keberantakan tersebut. Secara langsung atau tidak langsung, saya merasa hal ini membantu di pekerjaan saya.
Memang belum sering-sering amat sih menulis artikelnya hehe, tetapi ini adalah sesuatu yang ingin saya perbaiki dengan mulai menulis link blog ini. Semoga dengan lebih banyak menulis, saya bisa lebih merapihkan konten di kepala saya ini seperti Marie Kondo merapihkan lemari baju yang berantakan.

Sedikit tangential, saya juga merasa sangat relate dengan Andy ketika dia menuliskan bahwa dia juga adalah seorang fotografer.
My other passion is street photography. Which is a bit like blogging.
You walk through the city, camera in hand. You see a scene — a moment of light, shadow, humanity. You capture it.
Nobody cares.
But that’s not why you did it. You did it because you saw something.
Memang sebuah “problematika” yang agak mirip dengan kegiatan blogging saya ini. Saya pernah berencana untuk membuat sebuah galeri foto yang saya host sendiri juga, namun saya belum menemukan waktunya.
Kalau ada yang masih membaca sampai sejauh ini dan tertarik untuk melihat-lihat hasil foto saya, silahkan kunjungi link ini. Saya masih menggunakan platform Cara untuk sharing foto.
Saya ingin menutup artikel ini dengan kutipan terakhir dari blog post Andy:
If someone reads it? Bonus. If not? The work still got done.
And that’s the real point.
Kalau ada yang masih ragu untuk memulai blog-nya sendiri, mulai aja dulu hehe.
Sebelum kamu pergi
Kalau kamu suka dengan artikel ini, gunakan tombol-tombol di bawah untuk membagikan artikel ini ke teman-teman kamu, dan daftarkan email kamu untuk mendapatkan update jika ada artikel baru.
Sangat menjawab pertanyaan saya